Minggu, 27 November 2011

tugas





MAKALAH

KEPEMIMPINAN

Disusun Oleh :

Nama  : Wiwik Setyorini
NIM  : 3011030125

BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri, melainkan manusia harus berinteraksi dengan sesamanya dan juga dengan lingkungan sekitar yang ada didalamnya. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, ada beberapa permasalahan yang penulis dapat diantaranya:
Ø  Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
Ø  Adakah teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
Ø  Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
Ø  Apa dan bagaimana menjadi pemimpin sejati?
Ø  Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
§  Meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
§  Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan.
§  Untuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab seorang mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
§  Untuk mendapatkan nilai khususnya dalam pokok bahasan tentang kepemimpinan.
I.4 METODE PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. Metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.


BAB II
PEMBAHASAN

II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Menurut Purwanto (2004:24), dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga teori kepemimpinan ditinjau dari sejarah perkembangannya, yaitu:
1.      Konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada dalam diri seorang pemimpin.
2.      Konsep yang lebih modern, yaitu konsep yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok, yang sukses tidaknya suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, namun lebih mengutamakan sifat-sifat maupun ciri-ciri kelompok yang dipengaruhinya.
3.      Konsep yang lebih maju lagi, yaitu konsep yang tidak hanya didasari oleh pandangan psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas konsep ekonomis dan politis.Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan menurut pandangan pribadi mereka serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi para pakar yang bersangkutan. Adapun tujuan dari para peneliti diantaranya:
a.       Mengadakan identifikasi para pemimpin.
b.      Melatih para pemimpin.
c.       Menemukan apa yang dikerjakan para pemimpin.
d.      Menentukan bagaimana pemimpin diseleksi.
e.       Untuk membandingkan efektifitas pemimpin.
(Wahyosumidjo, 2002:18 ) Oleh karena itu, menemui adanya definisi kepemimpinan yang tunggal sangatlah sulit. Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik dalam Wahjosumidjo (2002:17) adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dengan sengaja, dalam suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.
Adapun menurut Ivanchevich (1995: 334 ), kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu. Sutisna (1993), dalam Mulyasa (2004:107) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.
Mulyasa juga menyebutkan bahwa menurut Supardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbin, menyuruh, memerintah,melarang, dan bahkan menghukum bila perlu, serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Atmosudirdjo dalam Fattah (2004:25) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu bentuk persuasi seni(art) pembinaan kelompok-kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui human relation dan motivasi yang tepat. Definisi-definisi yang bermacam-macam ini menunjukkan bahwa kepemimpinan melibatkan pengaruh dan pentingnya proses komunikasi. Selain itu, unsur lain dalam definisi tersebut adalah terfokus pada pencapaian tujuan. Keefektifan pemimpin khususnya dipandang dengan ukuran tingkat pencapaian satu atau kombinasi tujuan tersebut.

Definisi-definisi yang berbeda-beda tersebut mengandung kesamaan asumsi yang bersifat umum ,seperti:
a.       Di dalam satu kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih (pemimpin dan pengikutnya.
b.      Dalam melibatkan proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja digunakan oleh pemimpin terhadap bawahan.
(Wahjosumidjo, 2002: 17) Selain kesamaan asumsi tersebut, terdapat perbedaan pula, yaitu:
a.      Siapa yang menggunakan pengaruh. 
b.      Tujuan dari usaha untuk mempengaruhi.
c.       Cara pengaruh itu digunakan.
Adapun menurut Fattah (2004:88), pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan, dan kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Pemimpin memiliki peranan yang sangat penting. Purwanto (2004:65) menyatakan bahwa menurut ahli ilmu jiwa, pemimpin yang baik memiliki peran:
1.      Sebagai pelaksana (executive).
2.      Perencana (planner).
3.      Seorang ahli (expert).
4.      Mewakili kelompoknya.
5.      Mengawasi hubungan antar anggota kelompok.
6.      Bertindak sebagai pemberi ganjaran dan hukuman.
7.      Bertindak sebagai wasit dan pengarah.
8.      Merupakan bagian dari kelompok.
9.      Lambang kelompok.
10.  Pemegang tanggung jawab.
11.  Sebagai pencipta/memiliki cita-cita.
12.   Bertindak sebagai ayah.

II.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Fattah (2004:88-98) menguraikan teori-teori kepemimpinan sebagai berikut:
1.      Pendekatan Sifat-sifat Kepemimpinan.
Mengenali karakteristik pemimpin yang berhasil merupakan upaya yang pertama kali dilakukan oleh para peneliti dalam memahami kepemimpinan. Sifat-sifat pemimpin yang mencakup intelekualitas, hubungan social, kemampuan emosional, keadaan fisik, imajinasi, kekuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban dan kemauan bekerja keras harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Para ahli menyebutkan ciri-ciri lain yang harus dimiliki oleh pemimpin.
Abdulgani (1958) menyebutkan bahwa pemimpin harus memiliki kelebihan dalam menggunakan pikiran, rohani dan jasmani.
Menurut Gerungan, pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri, yaitu penglihatan social, kecakapan berpikir abstrak, dan keseimangan emosi.
Henry Fayol berpendapat bahwa pemimpin haruslah setia, cerdas, jujur, sehat, berpendidikan, dan berpengalaman. Sedangkan GR Terry menyebutkan sifat yang harus dimiliki pemimpin yaitu kekuatan, kestabilan emosi, kemampuan hubungan manusiawi, dorongan pribadi, keterampilan berkomunikasi, kecakapan mengajar, kecakapan bergaul, dan kemampuan teknis.
2.      Pendekatan Perilaku.
Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, bukan dari sifat-sifat pemimpin. Dan bagaimana pemimpin berperilaku akan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka. Disamping itu, pimpinan harus memperhitungkan kekuatan situasional seperti iklim organisasi, sifat tugas, tekanan waktu, sika anggota terhadap kekuasaan, bahkan faktor lingkungan organisasi. Para pendukung teori perilaku mengungkapkan bahwa cara seorang bertindak akan menentukan keefektifan kepemimpinan yang bersangkutan.
3.              Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi. Pendukung pendekatan ini diantaranya:
a.       Model Kontingensi (Fiedler dan Chemer, 1974) Pendekatan kepemimpinan ini berusaha mengenali faktor-faktor terpenting dalam seperangkat situasi tertentu, dan meramalkan gaya kepemimpinan paling efektif dalam situasi seperti itu. Fiedler mengidentifikasi tiga aspek dalam situasi pekerjaan yang membantu menentukan gaya kepemimpinan mana yang akan efektif. Aspek pertama yaitu variable hubungan antara pemimpin dan anggota,kedua variabel struktur tugas dalam situasi kerja, dan ketiga adalah variable kekuasaan karena posisi pimpinan.
b.      Model Kepemimpinan Vroom Teton. Model ini menjelaskan bagaimana pemimpin harus memimpin dalam situasi yang bermacam-macam. Model ini menyatakan bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang efektif diterapkan dalam semua situasi.
c.       Model Jalur Tujuan. Model ini dikembangkan oleh Martin G Evans (1970) dan Robert J House (1974) serta Stoner (1986). Model ini didasarkan atas model pengharapan, menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada harapannya akan imbalan dan nilai, dan memusatkan pemimpin sebagai sumber imbalan. Teori ini disebut jalur tujuan karena memfokuskan pada cara pemimpin mempengaruhi persepsi bawahan tentang tujuan kerja. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan akan menyediakan berbagai macam imbalan, bukan hanya sekedar uang dan promosi, namun juga dukungan, rasa aman, dan rasa hormat.

II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
a. Karakter Kepemimpinan
Hati Yang Melayani
Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
b. Metode Kepemimpinan
Kepala Yang Melayani
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Keterampilan seperti ini disebut dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :
1.      Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang – orang yang ada dalam organisasi tersebut.
2.      Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
3.      Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
c. Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutkan perilaku seorang pemimpin, yaitu :
Ø  Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø  Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Ø  Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out ).
Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan, kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relatif pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia dibesarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat tersebut secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan.


BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
III.2 SARAN
Sebagai seorang pemimpin atau calon pemimpin, hendaknya kita senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ilmu kepemimpinan maupun bidang keilmuan lainnya. Agar nantinya dapat menjalankan roda organisasi secara professional.

Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.



DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ivanchevich, John. M; Donely Jr., James H; Gibson, James L. 1995. Organisasi jilid I. Jakarta : Erlangga.
Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung : PT RemajaRosdakarya.
Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen, Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka.
CiptaWahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
 PersadaMulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.