MAKALAH
KEPEMIMPINAN
Disusun
Oleh :
Nama : Wiwik Setyorini
NIM :
3011030125
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
MASALAH
Manusia
adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri, melainkan manusia harus berinteraksi
dengan sesamanya dan juga dengan lingkungan sekitar yang ada didalamnya.
Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok
kecil. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok
haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu
dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan &
menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia
di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana
yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya
mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu
dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia
akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang
penulis uraikan, ada beberapa permasalahan yang penulis dapat diantaranya:
Ø
Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
Ø
Adakah teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
Ø
Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
Ø
Apa dan bagaimana menjadi pemimpin sejati?
Ø Bagaimana
hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
§
Meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
§
Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan
khususnya tentang kepemimpinan.
§
Untuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab seorang
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
§ Untuk
mendapatkan nilai khususnya dalam pokok bahasan tentang kepemimpinan.
I.4 METODE PENULISAN
Dalam penulisan karya
tulis ini, penulis menggunakan metode kepustakaan.
Metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula
dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode
ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk
mencari bahan tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya
tulis ini.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Menurut Purwanto (2004:24), dapat
dikemukakan bahwa terdapat tiga teori kepemimpinan ditinjau dari sejarah
perkembangannya, yaitu:
1.
Konsep
yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang berupa
sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada dalam diri seorang pemimpin.
2.
Konsep
yang lebih modern, yaitu konsep yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi
kelompok, yang sukses tidaknya suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh
kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, namun lebih mengutamakan
sifat-sifat maupun ciri-ciri kelompok yang dipengaruhinya.
3.
Konsep
yang lebih maju lagi, yaitu konsep yang tidak hanya didasari oleh
pandangan psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas konsep ekonomis dan
politis.Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan menurut pandangan
pribadi mereka serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik
bagi para pakar yang bersangkutan. Adapun tujuan dari para peneliti
diantaranya:
a.
Mengadakan
identifikasi para pemimpin.
b.
Melatih
para pemimpin.
c.
Menemukan
apa yang dikerjakan para pemimpin.
d.
Menentukan
bagaimana pemimpin diseleksi.
e.
Untuk
membandingkan efektifitas pemimpin.
(Wahyosumidjo, 2002:18 ) Oleh karena
itu, menemui adanya definisi kepemimpinan yang tunggal sangatlah sulit.
Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik dalam Wahjosumidjo
(2002:17) adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dengan
sengaja, dalam suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan
atau tujuan-tujuan tertentu.
Adapun menurut Ivanchevich (1995: 334 ),
kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan
untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu. Sutisna (1993), dalam
Mulyasa (2004:107) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan
seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi
tertentu.
Mulyasa juga menyebutkan bahwa menurut
Supardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengerakkan,
mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbin,
menyuruh, memerintah,melarang, dan bahkan menghukum bila perlu, serta membina
dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka
mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Atmosudirdjo dalam
Fattah (2004:25) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu bentuk
persuasi seni(art) pembinaan kelompok-kelompok orang-orang tertentu,
biasanya melalui human relation dan motivasi yang tepat. Definisi-definisi yang
bermacam-macam ini menunjukkan bahwa kepemimpinan melibatkan pengaruh dan
pentingnya proses komunikasi. Selain itu, unsur lain dalam definisi tersebut
adalah terfokus pada pencapaian tujuan. Keefektifan pemimpin khususnya
dipandang dengan ukuran tingkat pencapaian satu atau kombinasi tujuan tersebut.
Definisi-definisi
yang berbeda-beda tersebut mengandung kesamaan asumsi yang bersifat umum
,seperti:
a.
Di
dalam satu kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih (pemimpin
dan pengikutnya.
b.
Dalam
melibatkan proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja digunakan oleh
pemimpin terhadap bawahan.
(Wahjosumidjo,
2002: 17) Selain kesamaan asumsi tersebut, terdapat perbedaan pula, yaitu:
a.
Siapa
yang menggunakan pengaruh.
b.
Tujuan
dari usaha untuk mempengaruhi.
c.
Cara
pengaruh itu digunakan.
Adapun menurut Fattah (2004:88),
pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan, dan kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi
bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Pemimpin memiliki peranan yang sangat
penting. Purwanto (2004:65) menyatakan bahwa menurut ahli ilmu jiwa,
pemimpin yang baik memiliki peran:
1.
Sebagai
pelaksana (executive).
2.
Perencana
(planner).
3.
Seorang
ahli (expert).
4.
Mewakili
kelompoknya.
5.
Mengawasi
hubungan antar anggota kelompok.
6.
Bertindak
sebagai pemberi ganjaran dan hukuman.
7.
Bertindak
sebagai wasit dan pengarah.
8.
Merupakan
bagian dari kelompok.
9.
Lambang
kelompok.
10.
Pemegang
tanggung jawab.
11.
Sebagai
pencipta/memiliki cita-cita.
12.
Bertindak sebagai ayah.
II.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Fattah
(2004:88-98) menguraikan teori-teori kepemimpinan sebagai berikut:
1.
Pendekatan
Sifat-sifat Kepemimpinan.
Mengenali
karakteristik pemimpin yang berhasil merupakan upaya yang pertama kali
dilakukan oleh para peneliti dalam memahami kepemimpinan. Sifat-sifat pemimpin
yang mencakup intelekualitas, hubungan social, kemampuan emosional, keadaan
fisik, imajinasi, kekuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban dan
kemauan bekerja keras harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Para ahli
menyebutkan ciri-ciri lain yang harus dimiliki oleh pemimpin.
Abdulgani
(1958) menyebutkan bahwa pemimpin harus memiliki kelebihan dalam
menggunakan pikiran, rohani dan jasmani.
Menurut
Gerungan, pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri,
yaitu penglihatan social, kecakapan berpikir abstrak, dan keseimangan
emosi.
Henry
Fayol berpendapat bahwa pemimpin haruslah setia, cerdas, jujur, sehat,
berpendidikan, dan berpengalaman. Sedangkan GR Terry menyebutkan sifat
yang harus dimiliki pemimpin yaitu kekuatan, kestabilan emosi, kemampuan
hubungan manusiawi, dorongan pribadi, keterampilan berkomunikasi, kecakapan
mengajar, kecakapan bergaul, dan kemampuan teknis.
2.
Pendekatan
Perilaku.
Pendekatan
perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku,
bukan dari sifat-sifat pemimpin. Dan bagaimana pemimpin berperilaku akan
dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka.
Disamping itu, pimpinan harus memperhitungkan kekuatan situasional seperti
iklim organisasi, sifat tugas, tekanan waktu, sika anggota terhadap
kekuasaan, bahkan faktor lingkungan organisasi. Para pendukung teori
perilaku mengungkapkan bahwa cara seorang bertindak akan menentukan
keefektifan kepemimpinan yang bersangkutan.
3.
Pendekatan Situasional
Pendekatan
situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada
kecocokan antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi.
Pendukung pendekatan ini diantaranya:
a.
Model
Kontingensi (Fiedler dan Chemer, 1974) Pendekatan kepemimpinan ini berusaha
mengenali faktor-faktor terpenting dalam seperangkat situasi tertentu, dan
meramalkan gaya kepemimpinan paling efektif dalam situasi seperti itu.
Fiedler mengidentifikasi tiga aspek dalam situasi pekerjaan yang membantu
menentukan gaya kepemimpinan mana yang akan efektif. Aspek pertama yaitu
variable hubungan antara pemimpin dan anggota,kedua variabel struktur tugas
dalam situasi kerja, dan ketiga adalah variable kekuasaan karena posisi
pimpinan.
b.
Model
Kepemimpinan Vroom Teton. Model ini menjelaskan bagaimana pemimpin harus
memimpin dalam situasi yang bermacam-macam. Model ini menyatakan bahwa
tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang efektif diterapkan dalam semua
situasi.
c.
Model
Jalur Tujuan. Model ini dikembangkan oleh Martin G Evans (1970) dan Robert J
House (1974) serta Stoner (1986). Model ini didasarkan atas model pengharapan,
menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada harapannya akan
imbalan dan nilai, dan memusatkan pemimpin sebagai sumber imbalan. Teori ini
disebut jalur tujuan karena memfokuskan pada cara pemimpin mempengaruhi
persepsi bawahan tentang tujuan kerja. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan
akan menyediakan berbagai macam imbalan, bukan hanya sekedar uang dan promosi, namun
juga dukungan, rasa aman, dan rasa hormat.
II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik
mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit
sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh
menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
a. Karakter
Kepemimpinan
Hati
Yang Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter.
Pemimpin yang melayani memiliki
kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam
bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka
yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki
hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas
adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh
perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public
atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang
dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public
atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan
diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu
dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
b. Metode
Kepemimpinan
Kepala
Yang Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode
kepemimpinan yang baik.
Tidak
banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Keterampilan seperti ini
disebut dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di
economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas
bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga
melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam
metode kepemimpinan, yaitu :
1.
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.
Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang
mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi
maupun sinergi berbagai keahlian dari orang – orang yang ada dalam organisasi
tersebut.
2.
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
3.
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang
yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan
(termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya,
dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian,
serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
c. Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan
sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode
kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang
pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutkan perilaku seorang pemimpin, yaitu
:
Ø Pemimpin tidak hanya sekedar
memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh memiliki kerinduan
senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan
dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam
setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø Pemimpin focus pada hal – hal
spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan
kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang
dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia
lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,
dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Ø Pemimpin sejati senantiasa mau
belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan,
relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya
terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude
(keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
II.4 KEPEMIMPINAN
SEJATI
Kepemimpinan
adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan
dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika
terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi
pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir
dari proses internal (leadership from the inside out ).
Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui
keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas
terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang
melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat
(encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan
pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin
dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang
pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada
kerendahan hati (humble).
II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan
local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan, kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan
keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relatif pelik dan
rumit,
Dalam
suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi
dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita.
Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang
teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana
kondusif.
Kehidupan
manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan.
Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa
kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia
dibesarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang
muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya
adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Masalah
ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur
lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak
berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong –
gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat sebelumnya telah
melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat tersebut secara
langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta
pemilik bangunan.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang
tak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan
suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat –
sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan
pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya
sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin
bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses
internal (leadership from the inside out).
III.2 SARAN
Sebagai seorang
pemimpin atau calon pemimpin, hendaknya kita senantiasa meningkatkan
pengetahuan dan ilmu kepemimpinan maupun bidang keilmuan lainnya.
Agar nantinya dapat menjalankan roda organisasi secara professional.
Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik
diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.
Jika memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin
memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan
baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu
kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka
makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Fattah,
Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ivanchevich,
John. M; Donely Jr., James H; Gibson, James L. 1995. Organisasi jilid I. Jakarta : Erlangga.
Purwanto,
Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan.Bandung : PT RemajaRosdakarya.
Tunggal,
Amin Widjaja. 1993. Manajemen, Suatu
Pengantar. Jakarta : Rineka.
CiptaWahjosumidjo.
2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Tinjauan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
PersadaMulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.